Bagi para pekerja yang menggunakan jasa kereta api komuter Jakarta-Bogor mungkin sudah tidak asing lagi bila mendengar nama pondok cina. Pasalnya Pondok Cina merupakan nama salah satu stasiun yang di apit oleh stasiun Depok Baru dan stasiun Universitas Indonesia. Bagi warga Depok sendiri mungkin mengenal Pondok Cina sebagi salah satu kelurahan yang termasuk dalam kecamatan Beji. Yang tidak banyak orang tahu adalah asal-usul nama Pondok Cina itu sendiri. Dari pada penasaran mari kita simak pembahasan nya seperti berikut.
- ETIMOLOGI
Berawal dari masa chastelein ketika beliau membeli tanah didepok dengan status partikelir beliau mengolah tanah tersebut menjadi lahan pertanian yang subur dan makmur dengan hasil bumi yang melimpah. Setelah mencukupi kebutuhannya sendiri Depok sebagai wilayah yang mempunyai hak otonomi khusus memutuskan untuk mengimpor sebagian hasil buminya ke Jakarta. Depok pun berkembang menjadi kota (negara) agrikultur yang makmur dan otomatis dengan daya beli yang tinggi. Seperti kata pribahasa : "ada gula ada semut", datang lah para pedagang kelontong dan kebutuhan pokok lainnya ke Depok. Para pedagang tersebut umumnya(atau mungkin seluruhnya) berasal dari etnis tionghoa. Namun dalam surat wasiatnya Chastelein membuat peraturan bahwa Para pedagang Tionghoa dilarang untuk bermukim di Depok. Setiap pagi para pedagang ini pulang pergi Jakarta-Depok. Pada masa itu belum ada sarana transportasi yang memudahkan seperti sekarang, bila melalui jalan Darat mereka harus menempuh 4 jam perjalanan dengan kereta kuda menembus hutan-hutan lebat dari Jakarta. Selain memalui darat ada pula sarana transportasi air melalui kali Ciliwing menggunakan rakit. Bagi sebagian para pedagang keharusan untuk pulang pergi setiap hari ini terasa terlalu memberatkan. Merekapun memutuskan untuk membangun pondok(gubuk) disekitar bantaran kali ciliwung tepatnya di daerah yang dulu bernama Kampung Bojong sebagai sarana bermalam dan transit dari pada harus pulang pergi Jakarta-Depok setiap harinya. Dari situlah sebutan Pondok Cina berasal dan sampai sekarang Pondok Cina merupakan nama salah satu kelurahan di Depok yang masuk dalam Kecamatan Beji.
- JEJAK KAKI BANGSA TIONGHOA DIDALAM CATATAN SEJARAH
Jauh sebelum kedatangan bangsa belanda menemukan jalan ke Hindia Timur,
Bangsa tionghoa telah lebih dulu mengenalnya bahkan bermukim disana. Salah
satu bukti nyatanya antara lain jurnal perjalanan seorang pengembara
bernama Fa Hien. Dia menceritakan tentang perjalanannya ke negri jauh
yang makmur diselatan. Negri tersebut dipimpin oleh seorang raja yang
karismatik nan bijaksana, tercatat negeri tersebut bernama To Lo
Mo(Taruma Negara).
Menurut Dr. Tri Wahyuning Irsyam nama pondok cina itu sendiri sudah ada dan disebut sejak jaman chastelein. Ketika pihak pemerintah kolonial membuat peta tentang wilayah depok dan sekitarnya nama pondok cina sudah terpampang dipeta tersebut.
Nama pondok cina juga sudah disebutkan dalam jurnal perjalanan seoorang pegawai tinggi VOC bernama Abraham Van Riebek. Dia melakukan perjalanannya pada tahun 1904 dalam tujuan meninjau potensi daerah-daerah penunjang ibu kota batavia yang dimulai dari Tjililitan-Tandjoeng Timoer-Seringsing-Pondok Tjina-Bodjong Manggis-Kedung Halang-Parung Angsana.
Berbeda dengan catatan sejarah, pendapat yang berkembang dikalangan masyarakat asli justru berbeda. Menurut cerita turun temurun nama Pondok Cina justru bari disebut-sebut pada tahun 1920. Menurut warga sekitar Pondok Cina dulunya bernama Kampoeng Bojong, sampai sekelompok orang etnis tionghoa menempati sebagian kecil dari hutan Kampung Bojong. Mereka mendirikan tempat tinggal temporer disana (pondok) dan dari situlah nama Pondok Cina berasal.
- RUMAH TUA PONDOK CINA
Tak banyak memang peninggalan sejarah oleh etnis tionghoa yang bertahan hingga kini. Keturunan asli para pedagang Tionghoa inipun sulit ditemukan. Kalau memang ada etnis tionghoa depok dimasa kini kebanyakan mereka adalah pendatang yang baru menginjak Depok setelah tahun 1900-an. Namun ada 1 peninggalan etnis Tionghoa yang tidak bisa luput dari pandangan mata warga depok pada umumnya. Karena peninggalan ini berupa sebuah rumah dengan arsitektur Belanda yang berdiri kokoh di halaman sebuah pusat perbelanjaan dikota depok, tepatnya di Margo City.
Dibangun dan didirikan pada abad ke-18 oleh seorang arsitek belanda, rumah tua pondok cina kemudian dibeli oleh salah seorang saudagar tionghoa yang bernama Law Tek Lok. Rumah tersebut kemudian diwariskan kepada putranya yang bernama Kapitan Der Chinezeen Law Chen Shiang.
Pada masanya lokasi rumah tua pondok cina merupakan perkebunan karet dan persawahan pribadi milik keluarga Law. Disekitarnya hidup pulang 5 buah keluarga yang juga merupakan etnis tionghoa. Mereka sebagian besar berprofesi sebagai petani dan menjual hasil buminya ke Depok atau Batavia. Seiring berjalannya waktu satu persatu keluarga-keluarga ini pindah meninggalan tempat tinggal mereka. Tak ada yang tahu pasti alasannya dan yang tersisa hanyalah bangunan tua tersebut yang sekarang dialih-fungsikan sebagai kedai kopi (kafe) di area pusat perbelanjaan Margo City.