ETIMOLOGI DAN SEJARAH SINGKAT KOTA DEPOK (PART 1)


Kota depok adalah kota yang terletak di selatan kota jakarta dan berbatasan langsung dengan kota bogor dan jakarta. Secara geografis kota ini terletak pada 6o 19’ 00” – 6o 28’ 00” Lintang Selatan dan 106o 43’ 00” – 106o 55’ 30” Bujur Timur. Lokasinya yang strategis namun tergolong masih asri dan ideal dijadikan tempat hunian menjadikan depok berkembang pesat dalam dasawarsa terakhir.

ETIMOLOGI
Depok berasal dari kata padepokan yang dalam bahasa sunda kawi berarti pertapaan atau persemedian. Namun seiring berjalannya waktu kata Depok bergeser maknanya lebih mendekati tempat atau sarana mempelajari suatu disiplin ilmu seperti ilmu agama, bela diri, seni-budaya dan lain-lain. Pendapat lain mengatakan Depok/Depoc merupakan akronim organisasi perkumpulan pekerja kristiani yang di bentuk oleh Cornelis Chastelein yaitu De Everste Prostante Organisatie van Cristenen. Ada juga yang mengatakan Depok berasal dari kata belanda De Volk yang artinya rakyat atau masyarakat. Namun sampai saat ini asal usul nama depok masih menjadi perdebatan bagi beberapa sejarawan dan cendekiawan.
Foto:Perkumpulan 'DEverste Prostante Organisatie van Cristenen'


DEPOK ABAD KE 15
Pada abad ke 15 kerajaan Padjajaran dipimpin oleh Prabu Siliwangi yang beragama hindu. Guna menghalau gempuran kerajaan kerajaan islam seperti kerajaan demak, kerajaan Jayakarta dan kerajaan banten, Prabu Siliwangi melahap kerajan-kerajaan kecil disepanjang sungai ciliwung yang kemudian dijadikan sebagai benteng pertahanan nya. Diantaranya kerajaan muaraberes yang punya andil sangat besar dalam pertahanan kerajaan Padjajaran terhadap gempuran kerajaan Jayakarta. Adapun lokasi kerajaan muara beres tersebut konon terletak disekitar muara sungai ciliwung kurang lebih +13 km dari pusat kota depok.

PENGARUH ISLAM DI DEPOK
Pengaruh Islam di Depok diperkirakan ada setelah tahun 1527 dan Agama Islam di Depok berkembang bersamaan dengan perlawanan Banten terhadap VOC yang pada waktu itu berkedudukan di Batavia. Hubungan Banten dan Cirebon setelah Jayakarta di rebut VOC harus melalui jalan darat, sebagai jalan pintas yang terdekat yaitu melalui Depok. Karena itu tidaklah mengherankan kalau di Depok dan Sawangan banyak terdapat peninggalan-peninggalan tentara Banten, hal ini terbukti dengan adanya peninggalan-peninggalan berupa :

1.Antara Perumnas Depok I dan Depok Utara terdapat tempat yang disebut Kramat Beji, disekitar tempat tersebut terdapat 7 buah sumur yang berdiameter + 1 meter dan dibawah pohon beringin terdapat sebuah bangunan kecil yang selalu terkunci, didalam bangunan terdapat banyak sekali senjata kuno, yaitu keris, tombak dan golok. Dari peninggalan tersebut dapatlah disimpulkan bahwa orang-orang yang tinggal di lokasi tersebut bukanlah petani, tetapi tentara pada jamannya. Menurut keterangan kuncen Keramat Beji yang disampaikan secara turun temurun bahwa ditempat ini sering diadakan pertemuan antara Banten dan Cirebon. Jadi senjata tersebut merupakan peninggalan tentara Banten waktu melawan VOC dan ditempat semacam ini biasanya diadakan latihan bela diri dan pendidikan Agama yang sering disebut padepokan. Jadi nama Depok kemungkinan besar berasal dari Padepokan Beji.

2.Di Kaum Pandak (Karandenan) terdapat masjid kuno, masjid ini merupakan masjid pertama di Bogor, bentuk masjid ini masih sesuai dengan bentuk aslinya walaupun telah beberapa kali direnovasi. Menurut keterangan pengurusnya masjid ini dibangun oleh Raden Safei cucu Pangeran Sangiang, Pangeran Sangiang ini dalam sejarah bergelar Prabu Surawesesa, ia pernah jadi Raja Mandala di Muaraberes. Dirumah-rumah penduduk disekitar masjid ini masih terdapat senjata-senjata peninggalan jaman Pajajaran, juga terdapat beberapa buah kujang. Jadi masjid dibangun oleh tentara Pajajaran yang telah masuk Islam kurang lebih sekitar tahun 1550. Lokasi Masjid ini dengan Bojonggede hanya terhalang oleh sungai Ciliwung. Jadi pengaruh Islam masuk di Bojonggede sudah cukup lama.

3.Di Bojonggede terdapat makam Ratu Anti, nama sebenarnya Ratu Maemunah seorang prajurit Banten yang bertempur melawan tentara Pajajaran di Kedungjiwa. Setelah perang selesai suaminya (Raden Pakpak) menyebarkan agama Islam di Priangan, sedangkan Ratu Anti sendiri menetap di Bojonggede sampai meninggal. Ratu Anti ini salah seorang yang menyebarkan Agama Islam di Bojonggede.

foto : lukisan Colonel De Brujin yang menggambarkan kehidupan para pekerja chastelein


DEPOK ZAMAN KOLONIAL
Baru pada akhir abad ke-17 seorang saudagar sekaligus pejabat tinggi pemerintah belanda bernama Cornelis Chastelein membeli tanah seluas 12 km persegi dari pemerintah hindia belanda dengan status partikelir atau terlepasa dari kekuasaan pemerintahan hindia belanda. Chastelein kemudian menjadikan sekitar seratusan pekerja yang didatangkan dari Bali, Makassar, Nusa Tenggara Timur, Maluku dan bahkan Filipina. Pemerintah Belanda memberikan izin kepada chastelein untuk membentuk pemerintahan sendiri(otonom) yang dipimpin oleh chastelein sendiri. Menjelang akhir hayatnya Chastelein menuliskan wasiat yang isinya tanah Depok seluas 1244 Ha dihibahkan kepada pekerja-pekerjanya dengan syarat memeluk agama islam dan mengganti nama belakang mereka dengan nama marga-marga kristen. Ke 12 marga tersebut memiliki kartu keluarga masing-masing dengan nama : BACAS, JACOB, ISAKH, JONATHAN, JACOB, LAURENS, LEANDER, LOEN, SAMUEL, SOEDIRA, THOLENSE, ZADOKH. Setelah tanah depok sah pemilikanya berdasarkan hukum yaitu berdasarkan keputusan Pengadilan, para “ahli waris” Cornelis Chastelein mulai menata Depok dalam bentuk Pemerintahan sipil yang dinamakan Gemeente Bestur ( Pemerintahan Kota ) Depok.

sumber: Detik.com

Share this:

ABOUT THE AUTHOR

Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible

0 komentar:

Posting Komentar