TOLE ISKANDAR DAN LASKAR 21 : KELOMPOK PEJUANG YANG MENGHORMATI HAK TAWANAN

FASE AWAL KEHIDUPAN

Saudara bungsu Tole Iskandar yang dikatakan paling mirip dengan sosok beliau

     Masyarakat Depok pada umumnya mungkin mengenal tole iskandar hanya sebagai nama jalan semata. Namun sebenarnya Tole Iskandar adalah nama pejuang kemerdekaan asli Depok yang kisah hidupnya patut untuk diceritakan dan dijadikan panutan.


     Terlahir sebagai anak pertama pasangan Samidi Darmo Raharjo dan Soekati Soejodiwirjo pada tahun 1926 Tole Iskandar dibesarkan di lingkungan keluarga yang terbilang cukup terpandang dan tidak kekurangan soal materi mengingat posisi ayahanda beliau sebagai menteri perairan di Batavia. Tole Iskandar dan orang tuanya beserta ke-6 saudaranya tinggal di Gang Kembang, Ratu Jaya, Depok. Sebagai anak sulung dari keluarga terpandang Tole Iskandar memiliki kesempatan untuk bersekolah di Eropeesche Lagere School dan Special Depoksche school.


     Namun karena rasa nasionalisme yang tinggi Tole memilih untuk tidak bersekolah dimana pengajar dan siswa-siswinya masih berkaitan dengan kolonial Belanda. Dia anggap hal itu akan mengikis rasa nasionalismenya. Ia kemudian lebih memilih untuk bersekolah di Taman Siswa dan Sekolah Dagang Batavia di Sawah Besar.


KETERLIBATANNYA DI DALAM BIDANG KEMILITERAN
Barisan pemuda Depok cikal bakal Laskar 21

     Ketika Jepang berhasil memukul mundur pihak kolonial Belanda dan menyatakan sebagai tanah jajahannya, Tole Iskandar mulai aktif dalam bidang kemiliteran dengan ikut serta dalam Pelatihan PETA. Namun tak lama Jepang menyatakan menyerah tanpa syarat kepada sekutu, hal ini di manfaatkan oleh guna bangsa Indonesia guna mencapai Kemerdekaan NKRI. Peta pun kehilangan fungsinya dan harus dibubarkan. Dalam keikutsertaannya ini Tole jarang sekali atau hampir tidak pernah pulang kerumah. Keluarganya tidak ada yang menyangka bahwa Tole adalah salah seorang Sudancho PETA, mereka mengira kalau Tole selama ini bersekolah sampai Tole pulang lengkap dengan seragam Sudancho dan pedang samurai.

     Dengan bekal pelatihan dan pengetahuannya di bidang militer tersebut Tole beserta teman-temannya mantan anggota heiho dan kelompok pemuda islam depok memutuskan untuk membentuk suatu badan keamanan rakyat. Diadakanlah rapat yang pertama di sebuah rumah di Jl. Citayam (sekarang jl. Kartini). Hasil rapat mengacu pada terbentuknya Badan Keamanan Rakyat yang lebih dikenal sebagai Laskar 21 dengan Tole sebagai komandannya.


     Menjelang awal oktober 1945 seiring memuncaknya kecemburuan sosial masyarakat pribumi terhadap Belanda Depok terjadi kerusuhan dimana-mana. rumah-rumah dijarah, hampir setiap hari terjadi pembunuhan, sistem strata sosial tak lagi belaku, Depok menjadi kota yang sangat kacau. Sebagai komandan Badan Keamanan Rakyat Tole Iskandar tentu saja tidak tinggal diam. Ketika terjadi Insiden di Jl. Pemuda masyarakat kampung merebut semua harta milik para keturunan Belanda Depok. Laskar 21 dibawah komando Tole Iskandar diperintahakan untuk mengamankan serta mengevakuasi para Belanda Depok ke gedung gemeente bestur depok (sekarang rumah sakit harapan) yang terletak di dekat stasiun Depok Lama. Peristiwa inilah yang membuat Tole Iskandar dikenal sebagai komandan perang yang berhati mulia dan menghormati setiap nyawa manusia baik yang dianggap kawan maupun lawan.


PERJUANGANNYA MELAWAN NICA

     Tak lama setelah peristiwa godoran mulai reda bangsa Indonesia kembali mengalami peristiwa yang mengancam keamanan dan kedaulatan NKRI datangnya pasukan NICA. Depok yang sebelumnya dijaga oleh laskar 21 direbut oleh pasukan NICA. Kedatangan NICA ke Depok membuat Tole Iskandar dan para pemuda dari seluruh Depok memutuskan untuk angkat senjata melawan penjajah. Apa daya dikarenakan persanjataan pasukan NICA yang lebih lengkap laskar 21 beserta para kelompok pejuang lain nya terpaksa terpukul mundur yang menyebabkan terkepungnya Tole Iskandar dan terbakarnya rumah beliau oleh tentara NICA.
tentara NICA


     Pada tanggal 16 november 1945 para pemuda yang terpukul mundur menjalin kembali koordinasi dan rencana untuk merebut kota Depok. Peristiwa ini dikenal dengan nama peristiwa "Serangan Kilat". Namun peristiwa ini pun gagal. Untuk kedua kali para pejuang gagal merebut kota depok dengan gugurnya Margonda di daerah srengseng.

     Laskar 21 dan beberapa kelompok pemuda lainnya kemudian memutuskan untuk meleburkan diri menjadi "Batalion I Depok". Batalion ini tak kunjung lelah melancarkan serangan terhadap tentara inggris NICA di Pasar Minggu dan Kalibata.
prosesi pemakaman Tole Iskandar



     Sampai pada akhirnya Tole Iskandar gugur di dalam pertempuran yang berlokasi didaerah Cikasintu, Sukabumi setelah didesak dan dipojokkan oleh tentara NICA. Beliau wafat dalam usia belia 25 tahun dalam usaha memperjuangkan dan mengusir penjajah dari bumi tanah air tercinta.
Atas jasa-jasanya tersebut pemerintah depok menetapkan nama Tole Iskandar sebagai nama salah satu jalan utama yang menghubungkan Depok tengah ke Depok lama dan Depok 1 berlandaskan perda nomor 1 tahun 1999.
peresmian jl. Tole Iskandar yang dihadiri perwakilan keluarga almarhum






Share this:

ABOUT THE AUTHOR

Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible

0 komentar:

Posting Komentar